Manusia adalah anak
Jamannya
Adik-adik
saya, Manusia dan atau generasi adalah produk dari zamannya, dengan demikian,
untuk memahami karakter dan model kepemimpinan yang ditampilkan oleh sebuah
generasi, tidak lepas dari bentukan peristiwa, system, kebijakan yang terjadi
pada masa/fase “bentukan” generasi tersebut. Politik, system, kebijakan yang
dilakukan pada masa orde baru, dimana semua aspek diharapkan menggunakan dan melalui “satu” system yang direstui,
sebagai contoh:
Agama yang diakui hanya 5, selain yang 5 (lima),
diangap agama yang tidak “legal”.
Kondisi yang
multi partai, dimarger (fusi) menjadi tiga partai politik (Golkar, PPP dan
PDI), selain itu tidak ada peluang untuk membentuk partai lain. Bahkan,
cenderung, selain Golkar, diangap sesuatu yang tidak sejalan dengan pemerintah.
Ormas
Kepemudaan disatukan dalam KNPI
Pemikiran
para ulama, dibonsai dalam pandangan keagamaan yang dicetuskan oleh MUI, dst…
Kondisi ini
melahirkan pandangan, bahwa yang benar itu adalah yang mendapat “restu”. Dengan
demikian, mereka yang mungkin bisa besar dan menjadi tokoh pada sebuah
komunitas atau kelompok, hanyalah mereka yang mendapat restu dan dukungan dari
system yang ada.
Generasi yang lahir dari kondisi ini, melahirkan
pandangan, bahwa hanya yang memiliki “cantolan” seseorang bisa menjadi besar.Ketika kondisi sosial-politik berubah, dimana kran kebebasan mulai terbuka, dan setiap orang mulai “bisa” mengekspresikan keinginan dan kehendaknya, maka kesadaran generasipun mulai muncul, bahwa setiap orang bisa menjadi besar dan atau menjadi tokoh, tanpa harus menyandarkan pada “cantolan”, tetapi lebih pada kualitas, integritas, relasi dan kemampuan individu seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar