Senin, 09 Februari 2009

MEMAKNAI HIJRAH RASUL SAW.

(Sebuah Catatan Memasuki Tahun Baru Hijriyah 1430 H)
Oleh : Saiful Jihad


Peristiwa hijraturrasul telah berlalu empat belas abad lamanya, namun hakikat dan makna hijrah itu sendiri akan tetap actual dalam hidup dan kehidupan umat Islam. Hijrah dalam pengertian yang umum kita fahami berarti berpindah, yakni berpindah dari suatu tempat, sikap, perbuatan, pandangan, kondisi, dst. kepada yang dipandang lebih baik. Perpindahan itu sendiri berarti sebuah perubahan yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan perbaikan.
Dalam konteks pengertian singkat di atas, pada kesempatan ini kita coba memaknai kembali peristiwa tersebut untuk menjadi acuan dalam melakukan perubahan-perubahan yang baik dan membawa kebaikan kepada kemanusiaan pada kkhususnya, dan seluruh makhluk (alam) pada umumnya (rahmatan lil’alamin). Hal ini menjadi urgen, jika dikaitkan dengan fenomena dan wacana kebangsaan dan kemasyarakatan kita yang lagi actual.
Perubahan kepada yang baik dan kebaikan (ishlah, reformasi), merupakan suatu keharusan agama (Q.S.Ibrahim : 1) yang menjadi kewajiban kita semua, baik sebagai individu muslim, maupun sebagai umat (kolektivitas). Untuk itu, menarik untuk kembali membaca peristiwa hijraturrasul untuk memaknai perubahan yang akan kita lakukan.
Dalam berbagai tulisan dan uraian para ulama, dikemukakan berbagai macam hikmah yang terkandung dalam peristiwa besar tersebut, peristiwa yang mampu merubah “wajah” dunia dari gelap (dhzulum) menjadi terang (nur), sehingga oleh kebijakan Umar ibn Khattab, dijadikan momentum awal peanggalan dalam dunia Islam. Karena “keterbatasan”, dalam tulisan ini hanya dikemukakan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita, sebagai acuan dasar dalam melakukan perubahan.
1. Hijrah harus didasari oleh komitmen yang baik, benar dan suci (ikhlas).
Hijrah (baca:perubahan) mesti dilakukan di atas dasar komitmen dan niat yang baik/benar, di atas dasar keikhlasan. Untuk itu, Nabi menegaskan dalam salah satu Haditsnya :



Hadits di atas menegaskan bahwa manusia dalam melakukan perubahan dan perbaikan yang dilakukan oleh seseorang pasti mempunyai motivasi. Motivasi inilah yang menjadi “ruh” dari gerakan atau pekerjaan yang diwujudkannya. Untuk itu, pemaknaan kita yang pertama dan utama dari peristiwa hijrah, dikaitkan dengan upaya perubahan yang akan diwujudkan, adalah bagaimana membangun dan memurnikan komitmen dan motivasi kita, di atas dasar untuk mendapatkan ridhahan Allah swt. Dengan motivasi dan komitmen tersebut, apapun yang kita lakukan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanan, evaluasi di lapangan akan selalu mengacu untuk memperoleh ridha Allah.
2. Hijrah dilakukan di atas dasar semangat untuk rela berkorban
Ketika rasul menyampaikan rencana hijrah beliau kepada Abu Bakar dan mengajaknya untuk hijrah bersama, maka spontan Abu Bakar membeli dua ekor kuda yang kuat, lalu menyerahkan kepada rasul untuk memilih salah satunya sebagai hadiah (pemberian). Akan tetapi Nabi tidak mau, beliau tidak mau menerima pemberian atau hadiah, Nabi rela menerima dengan ketentuan Abu bakar mau mnrima harga tersebut dari Nabi.
Apa yang Nabi ingin ajarkan kepada kita dalam peristiwa tersebut, tidak lain adalah, bahwa dalam melakukan perubahan apa pun dan bagimana pun bentuknya, dibutuhkan pengorbanan yang besar. Kita tidak akan memperoleh suatu perubahan yang signifikan tanpa dibarengi oleh usaha keras dan pengorbanan.
3. Rasulullah saw. dalam melakukan Hijrah dibarengi dengan perhitungan dan strategi yang matang, dengan tidak m,engabaikan hal-hal yang sifatnya supranatural.
4. Setelah Rasul tiba di Yatsrib, beliau mengganti nama kota tersebut menjadi Madinah

Tidak ada komentar: